Sabtu, 01 Juli 2017

LOMBOK, GILI TRAWANGAN, NUSA PENIDA & BALI

LIBURAN KE 4 PULAU Part 1 (LOMBOK, GILI TRAWANGAN, NUSA PENIDA & BALI)

Sisa Cuti masih banyak...kira-kira mau kemana ya...setelah cuti di acc dan bolak balik lihat kalender pendidikan liat kapan anak libur. Akhirnya awal bulan puasa diputuskan utk trip keluarga. Untuk tujuan wisata kali ini setelah galau atara pilihan ke Karimun Jawa , Belitung dan Lombok, akhirnya dipilihlah tujuan ke Lombok pengen ke pink beach, Gili Trawangan. di tengah-tengah persiapan terpikir lagi utk mampir ke Bali karena jaraknya lumayan dekat sekalian bersilahturahmi dengan teman-teman/sahabat di sana. Dan juga penasaran dengan Nusa Penida sebagai Icons baru untuk wisata di Bali.

Jadi kali ini rute yang di tetapkan adalah :
1. Lombok
2. Gili Trawangan
3. Bali
4. Nusa Penida

Selain anak, adik dan ibu saya yang ikut, ada juga teman adik, teman anak saya dan keluarga ibu saya yang ikut dalam perjalanan kali ini. Perjalanan rencananya 5 hari 4 malam (tgl 25 - 29 Mei 2017), namun saya dan adik saya akan lanjut stay di Bali sekitar 3 hari lagi karena mau ketemu dengan teman-teman sekolah disana.

1. LOMBOK
Hari pertama perjalanan tujuan ke Lombok, berangkat pagi dengan flight pertama, supaya setelah tiba bisa langsung jalan ke tempat tujuan wisata yang ingin di datangin.

Tiba di Bandara Udara Internasional Lombok



Desa Sukarara
Setelah tiba di Lombok, kami langsung ke Desa Sukarara yang merupakan sebuah desa yang terkenal dengan kerajinan tenun tradisional atau songket khas Lombok. Jarak dari bandara tidak terlalu jauh dari lokasi Desa Sukarara. Para wanita di desa ini membuat tenunan untuk membantu suami dalam mendapatkan tambahan untuk rumah tangga nya. Selain itu wanita di desa ini belum boleh menikah kalau belum bisa menenun.

Di Desa Sukarara kita bisa melihat proses menenun dari wanita-wanita yang sedang melakukan tenunannya. Dan hasil tenunan yang sudah jadi ada yang dapat di beli. Untuk menghasilkan 1 lembar kain memakan waktu sampai dengan 1 bulan.

Disini kita juga bisa mencoba alat tenun. Dan setelahnya kita bisa memberikan  donasi sukarela pada tempat yang ada di samping penenun.

Setelah puas melihat proses pembuatan kain Tenun/Songket, sambil melihat-lihat tenunan/songket yang sudah jadi, dan jika tertarik bisa kita beli, disini kita juga bisa mencoba pakaian tradisional Lombok. Tidak ada biaya sewa utk menggunakannya, namun kita bisa memberikan donasi sukarela pada tempat yang di dalam ruangan.

Pink Beach
Setelah dari Desa Sukarara, perjalanan di lanjutkan menuju Pink Beach. Perjalanan rencananya melalu laut dari Pelabuhan Tanjung Luar dengan menyewa boat. Perjalanan menuju ke Pink Beach sekitar 30 menit dengan perahu. Sedangkan untuk perjalanan darat cukup jauh dan kondisi jalan rusak/tidak bagus. Jadi bisa menghemat waktu juga.
Di Pelabuhan Tanjung Luar kita bisa membeli ikan/sea food mentah yang bisa dimasak pada saat kita berada di Pink Beach. Disana ada warung yang menyiapkannya,
Selama perjalanan kita dapat melihat Pantai Tanjung Cumi yang merupakan batas nelayan untuk mencari hasil tangkapannya.

Kapal menuju Pink Beach

Selama perjalanan menuju Pink Beach kita dapat melihat tempat/lokasi budidaya Mutiara.

Pemandangan dari atas bukit Pink Beach

Pink Beach 1 dari atas bukit

Keceriaan di bukit Pink Beach. Keren untuk foto-foto dan melihat pemandangannya.

Pemandangan diatas bukit.

Setelah dari Pink Beach 1 yang pantainya lebih besar, sambil perjalanan pulang kami mampir ke Pink Beach 2 yang pantainya lebih kecil, selain itu pasirnya lebih lembut dan bersih.

Kapal yang kami gunakan

Keceriaan di Pink Beach 2

Pose dulu ahhh sambil menunggu yang lainnya bermain di pantai.

Dalam perjalanan pulang ke Pelabuhan Tanjung Luar, kami mampir ke pulau pasir yang timbul/ada pada saat air laut surut. Pada saat berangkat tadi kami melintasi atasnya karena air laut belum surut. Di pulau pasir ini banyak terdapat Bintang Laut (Star Fish), bisa kita pegang dan kumpulkan utk foto-foto. Star Fishnya bisa didandanin jadi seperti Sponge Bob...hehehe....

Keceriaan bersama di Pulau Pasir

 Flying Star Fish
 
Desa Sasak Sade
Keesokan harinya kami mengunjungi Desa Sasak Sade dimana desa ini dikenal sebagai desa yang mempertahankan adat suku Sasak. Masyarakat desa ini mata pencahariannya bertani dan lumbung yang digunakan dapat memenuhi kebutuhan beberapa keluarga. Sedangkan wanitanya membuat tenunan untuk membantu penghasilan keluarga. Di masyarakat desa ini juga mamsih mempertahankan kebudayaan seperti :
a. Pernikahan antar kerabat
b. Tempat tinggal yang tetap menggunakan tanah dan di pel dengan menggunakan kotoran sapi yang basah.
c. Adanya 2 jenis pernikahan yaitu : Kawin lari (bagi pasangan yang suka sama suka) dan kawin culik (salah satu pasangan yang suka, si pria akan menculik wanita yang ingin di nikahin). Batas waktu anak gadis di luar rumah pada malam hari adalah jam 10 malam. Jika kedapatan di luar rumah setelah jam 10 malam dengan pria maka akan segera di nikahkan.
d. Wanita/ibu rumah tangga menenun kain untuk menambah penghasilan keluarga.


 Bentuk bangunan yang merupakan lumbung tempat penyimpanan hasil tani

Wanita yang menenun dan meminta benang untuk di tenun.

Tangga yang ada di dalam setiap rumah penduduk Desa Sade yang merupakan simbol.


Pura Batu Bolong
Keesokan harinya sebelum menuju ke Pelabuhan Boat untuk menyebrang ke Gili Trawangan, kami mampir ke Pura Batu Bolong.








Pura Batu Bolong


Setelah dari Pura Batu Bolong, menuju pelabuhan penyebrangan ke Gili, kami mampir di bukit yang dapat melihat keindahan pemandangan Pantai Senggigi.

Kami juga sempat membeli sate ikan sebelum menyebrang ke Gili Trawangan, yang lokasinya melewati dulu dari pelabuhan boat.