Minggu, 25 Juli 2010

Monumen Nasional (MONAS)

Monas


Monumen Nasional atau yang kita kenal dengan sebutan Monas terletak di jantung kota Jakarta, tepatnya berada di Lapangan Monas, Jakarta Pusat. Setiap minggu pagi banyak warga Jakarta yang datang ke Lapangan Monas dengan keluarga untuk berolah raga, baik itu jalan santai, senam maupun bersepeda santai.

Selain berekreasi bersama keluarga, kita juga dapat mengenal lebih dekat tentang Monas yang merupakan bangunan sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Jadi untuk anak-anak, khususnya pelajar, datang ke Lapangan Monas selain berekreasi juga sambil belajar.

Monas dibuka untuk umum dari jam 08.00 sampai dengan jam 16.00. Sedangkan untuk tiket masuknya di pintu utama Rp. 1.000,- bagi anak2/pelajar dan Rp. 2.500,- bagi orang dewasa.

Puncak Monas


Kita juga dapat naik ke puncak monas dengan membeli tiket masuk perorang Rp. 3.500,- untuk anak2/pelajar. Untuk dewasa harga tiket Rp.7.500,- perorang.

Di puncak Monas kita dapat melihat kota Jakarta. Apabila kita kurang jelas melihat2 kota Jakarta, kita dapat menyewa teropong yang tersedia di puncak Monas dengan biaya Rp.2.000,- untuk hitungan beberapa menit (sori lupa, mungking +/- sekitar 5-10 menit).


Museum Sejarah Nasional

Setelah turun dari puncak Monas, kita dapat berhenti di Cawan Monas, dan dilanjutkan ke Museum Sejarah Nasional. Museum ini berisikan diorama2 (gambar di dalam kaca) yang menceritakan perjuangan rakyat Indonesia.


Sejarah Monumen Nasional (MONAS)

Monumen Nasional dibangun pada dekade 1920an di atas areal seluas 80 hektar.
Pembangunan tugu Monas bertujuan mengenang dan melestarikan perjuangan bangsa Indonesia pada masa revolusi kemerdekaan 1945.

Lapangan Monas mengalami lima kali penggantian nama yaitu Lapangan Gambir, Lapangan Ikada, Lapangan Merdeka, Lapangan Monas, dan Taman Monas.

Tugu ini diarsiteki oleh Friedrich Silaban dan R. M. Soedarsono. Tugu Monas mulai dibangun 17 Agustus 1961, dan diresmikan 12 Juli 1975 oleh Presiden Republik Indonesia : Soeharto.

* Tugu Monas yang menjulang tinggi dan melambangkan lingga (alu atau anatan) yang penuh dimensi khas budaya bangsa Indonesia.
* Semua pelataran cawan melambangkan Yoni (lumbung). Alu dan lumbung merupakan alat rumah tangga yang terdapat hampir di setiap rumah penduduk pribumi Indonesia.

Bagian dari Tugu Monas
1. Sebuah batu obeliks yang terbuat dari marmer yang berbentuk lingga yoni simbol kesuburan ini tingginya 132 meter.
2. Pada puncak Monumen Nasional terdapat cawan yang menopang berbentuk nyala obor perunggu yang beratnya mencapai 14,5 ton dan dilapisi emas 35 Kilogram. Lidah api atau obor ini sebagai simbol perjuangan rakyat Indonesia yang ingin meraih kemerdekaan.
3. Pelataran puncak dengan luas 11x11 dapat menampung sebanyak 50 pengunjung. Pada sekeliling badan elevator terdapat tangga darurat yang terbuat dari besi. Dari puncak tugu Monas, pengunjung dapat menikmati pemandangan seluruh penjuru kota Jakarta.
a. Arah ke selatan berdiri dengan kokoh dari kejauhan Gunung Salak di wilayah kabupaten Bogor, Jawa Barat.
b. Arah utara membentang laut lepas dengan pulau-pulau kecil berserakan.
c. Arah Barat membentang Bandara Soekarno-Hatta yang setiap waktu terlihat pesawat lepas landas.
4. Dari pelataran puncak, 17 m lagi ke atas, terdapat lidah api, terbuat dari perunggu seberat 14,5 ton dan berdiameter 6 m, terdiri dari 77 bagian yang disatukan.
Pelataran puncak tugu berupa "Api Nan Tak Kunjung Padam" yang berarti melambangkan Bangsa Indonesia agar dalam berjuang tidak pernah surut sepanjang masa. Tinggi pelataran cawan dari dasar 17 m dan ruang museum sejarah 8 m. Luas pelataran yang berbentuk bujur sangkar, berukuran 45x45 m, merupakan pelestarian angka keramat Proklamasi Kemerdekaan RI (17-8-1945).
5. Landasan dasar Monas setinggi 3 m, di bawahnya terdapat ruang museum sejarah perjuangan nasional dengan ukuran luas 80x80 m, dapat menampung pengunjung sekitar 500 orang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar